Steven Gerrard: 2 Pemain Real Madrid Ini Bodoh, Siapa? Steven Gerrard, mantan kapten legendaris Liverpool, kembali menjadi sorotan setelah melontarkan kritik pedas terhadap performa dua pemain Real Madrid. Kejadian ini terjadi pasca kekalahan 1-2 tim tersebut dari Manchester City di fase liga Liga Champions musim 2025/26. Pertandingan yang digelar di Santiago Bernabeu malam itu berlangsung sengit, dengan City membalikkan keadaan melalui gol cepat Nico O’Reilly dan penalti Erling Haaland. Gerrard, yang kini aktif sebagai analis, tak segan menyebut kesalahan kedua pemain itu sebagai tindakan “bodoh” yang merugikan tim. Ucapan ini langsung memicu perdebatan di kalangan pengamat sepak bola, mengingat reputasi Gerrard sebagai figur yang jarang menyuarakan opini tajam tanpa dasar kuat. TIPS MASAK
Latar Belakang Pertandingan: Steven Gerrard: 2 Pemain Real Madrid Ini Bodoh, Siapa?
Pertemuan Real Madrid dan Manchester City selalu menyimpan cerita dramatis, tapi laga kali ini terasa lebih menyakitkan bagi tuan rumah. Madrid sempat unggul lewat gol cepat di awal babak pertama, berkat serangan balik yang memanfaatkan kecepatan lini depan. Namun, City tak butuh waktu lama untuk menyamakan kedudukan. Pada menit ke-15, tendangan pojok City berbuah gol setelah kekacauan di kotak penalti. Nico O’Reilly, gelandang muda City, bereaksi paling cepat untuk menyontek bola ke gawang Thibaut Courtois. Gerrard, yang menganalisis jalannya laga secara langsung, langsung menyoroti kelalaian di lini belakang Madrid. Menurutnya, situasi bola mati seharusnya menjadi kekuatan, bukan kelemahan. Kekalahan ini bukan hanya soal skor, tapi juga menambah tekanan pada pelatih Xabi Alonso, yang sedang berjuang menjaga posisi tim di puncak klasemen.
Kritik terhadap Álvaro Carreras: Steven Gerrard: 2 Pemain Real Madrid Ini Bodoh, Siapa?
Álvaro Carreras, bek muda yang dipinjamkan ke Madrid, menjadi sasaran utama kritik Gerrard atas gol pertama City. Dalam analisis pasca-laga, Gerrard menekankan bahwa Carreras gagal menjaga ruang di kotak penalti, memungkinkan O’Reilly bergerak bebas. “Kamu tidak boleh biarkan pemain lawan punya ruang seperti itu di area gawang sendiri,” kata Gerrard dengan nada tegas. Carreras, yang baru berusia 22 tahun, memang menunjukkan potensi sepanjang musim, tapi momen itu terbukti fatal. Sebagai bek kiri, ia bertanggung jawab atas marking di skema pertahanan bola mati, tapi kali ini ia terlambat bereaksi. Gerrard menyebut kesalahan ini sebagai “bodoh” karena terlalu dasar untuk level kompetisi seketat Liga Champions. Meski begitu, Gerrard juga mengakui bahwa pengalaman Carreras masih terbatas, dan ini bisa jadi pelajaran berharga baginya. Performa Carreras musim ini secara keseluruhan solid, dengan rata-rata 2,5 tekel per laga, tapi laga ini menunjukkan betapa rapuhnya konsentrasi di momen krusial.
Kritik terhadap Antonio Rüdiger
Tak berhenti di situ, Antonio Rüdiger juga mendapat sindiran keras dari Gerrard atas pelanggaran yang berujung penalti. Pada menit ke-30, bek Jerman itu melakukan tarikan kasar terhadap Haaland di dalam kotak penalti, yang langsung diadili VAR sebagai pelanggaran jelas. Haaland tak menyia-nyiakan kesempatan, mengeksekusi penalti dengan dingin untuk membalikkan skor. Gerrard langsung bereaksi: “Ini bodoh total. Kamu tidak bisa lakukan hal seperti itu di kotak penalti dengan VAR yang siap mengawasi. Itu pelanggaran nyata yang takkan lolos.” Rüdiger, yang dikenal agresif dan tangguh, sering kali jadi andalan di duel udara dan tekel keras. Namun, kali ini instingnya malah membawa bencana. Gerrard menilai tindakan itu tak perlu, terutama saat tim sedang berjuang pulih dari gol sebelumnya. Sebagai pemain berpengalaman dengan ratusan laga di level elit, Rüdiger seharusnya lebih bijak mengelola emosi. Kritik ini mengingatkan pada gaya Gerrard sendiri dulu: tegas tapi terkendali, yang membuatnya ikon di lapangan.
Dampak terhadap Tim dan Pelatih
Ucapan Gerrard tak hanya soal individu, tapi juga mencerminkan masalah lebih luas di kubu Madrid. Kekalahan ini membuat tim tertinggal tiga poin dari City di grup Liga Champions, menambah beban Alonso yang baru saja menangani skuad ini sejak musim panas. Gerrard justru membela para pemain secara keseluruhan, menyatakan bahwa performa mereka tak menunjukkan tanda-tanda menyerah pada pelatih. “Mereka masih bertarung, tapi kesalahan seperti ini yang bikin kalah,” tambahnya. Di sisi lain, City tampak semakin dominan, dengan lini tengah yang dipimpin Kevin De Bruyne mengendalikan tempo. Bagi Madrid, ini jadi panggilan untuk perbaikan cepat, terutama di fase pertahanan. Pengamat lain mulai membahas apakah rotasi skuad perlu lebih ketat, mengingat jadwal padat di liga domestik. Kritik Gerrard, meski pedas, justru dilihat sebagai masukan konstruktif dari seseorang yang paham dinamika tim besar.
Kesimpulan
Komentar Steven Gerrard tentang Álvaro Carreras dan Antonio Rüdiger sebagai “bodoh” memang menusuk, tapi itu lahir dari analisis tajam seorang legenda yang pernah merasakan tekanan serupa. Kekalahan dari City jadi titik hitam, tapi juga peluang untuk bangkit. Madrid punya skuad berbakat, dan dengan bimbingan Alonso, mereka bisa belajar dari kesalahan ini. Gerrard sendiri menutup analisisnya dengan harapan positif: “Saya harap Madrid bangkit, karena sepak bola butuh tim seperti mereka di puncak.” Perdebatan ini mengingatkan bahwa di level elit, satu momen ceroboh bisa mengubah segalanya, tapi juga membuka jalan untuk perbaikan. Musim masih panjang, dan Madrid punya sejarah panjang soal comeback dramatis.