Hasil Akhir Pertandingan Parma vs Milan. Malam Minggu di Stadion Ennio Tardini menjadi saksi bisu drama sepak bola yang tak terlupakan. Parma, yang sedang berjuang menghindari zona merah, bertemu dengan Milan yang haus akan poin penuh untuk mempertahankan posisi atas. Pertandingan pekan ke-11 Serie A musim 2025/2026 ini berakhir dengan skor imbang 2-2, di mana Milan sempat unggul dua gol lebih dulu sebelum Parma bangkit dengan semangat juang luar biasa. Empat gol tercipta, peluang emas bertebaran, dan momen-momen tegang membuat penonton terpaku hingga peluit panjang berbunyi. Hasil ini bukan hanya membagi poin, tapi juga mengirim pesan kuat: di sepak bola, tak ada yang pasti hingga detik terakhir. Bagi Milan, ini pelajaran berharga tentang konsentrasi; bagi Parma, suntikan moral untuk bangkit dari serangkaian hasil buruk. INFO SLOT
Jalannya Pertandingan yang Penuh Adrenalin: Hasil Akhir Pertandingan Parma vs Milan
Babak pertama dimulai dengan dominasi Milan yang langsung menggebrak. Hanya 12 menit berlalu, Alexis Saelemaekers membuka keunggulan melalui sepakan mendatar setelah umpan silang dari Christopher Nkunku. Kiper Parma, Zion Suzuki, terlihat kewalahan saat bola meluncur ke pojok gawang. Gol itu membuat tim tamu semakin percaya diri, menguasai bola dengan possession 53 persen sepanjang laga. Tak lama kemudian, di menit ke-25, penalti diberikan setelah Saelemaekers dilanggar di kotak penalti oleh Abdoulaye Ndiaye. Rafael Leao maju dengan tenang, menendang bola ke pojok bawah yang dijaga Mike Maignan—eh, tunggu, Leao eksekusi penalti untuk Milan, dan itu sukses. Skor 2-0 membuat Tardini hening sejenak, tapi Parma tak menyerah.
Parma sempat nyaris membalas di menit ke-18 melalui Oliver Sorensen, tapi golnya dianulir karena offside. Menjelang akhir babak, tepatnya menit 45+1, Adrian Bernabe menyulut harapan tuan rumah. Dari umpan Sascha Britschgi, Bernabe melepaskan tembakan kaki kiri melengkung indah ke pojok atas gawang Maignan. Gol itu seperti obat penyegar, mengubah suasana dari tekanan menjadi semangat balik. Babak kedua berlanjut sengit. Parma menekan habis-habisan, sementara Milan mulai terlihat lelah mempertahankan keunggulan. Di menit ke-62, Enrico Del Prato menyamakan kedudukan lewat sundulan akurat dari umpan Britschgi lagi, menandai comeback sempurna. Milan sempat panik, tapi peluang dari Christian Pulisic dan Saelemaekers melebar, menyelamatkan Parma dari kekalahan.
Statistik mencerminkan pertarungan seimbang: Parma melepaskan 14 tembakan berbanding 9 Milan, meski on target hanya 4-5. Foul 13-10 dan corner 4-3 menunjukkan intensitas tinggi tanpa kekerasan berlebih. Kartu kuning masing-masing satu, tanpa pengusiran. Pertandingan ini seperti roller coaster, di mana Milan tertidur setelah unggul, dan Parma bangun dari mimpi buruk.
Performa Pemain Kunci dan Momen Heroik: Hasil Akhir Pertandingan Parma vs Milan
Di kubu Milan, Saelemaekers menjadi bintang awal dengan gol dan provokasi penalti, tapi tim keseluruhan kehilangan fokus di paruh kedua. Leao, dengan eksekusi penalti dingin, menunjukkan kelasnya sebagai penyerang tajam, meski peluang lanjutan tak kunjung datang. Pulisic, yang baru pulih dari cedera, hampir mencetak gol solo tapi tembakannya melebar saat berhadapan kiper. Maignan di gawang tampil heroik, menyelamatkan sundulan Del Prato dan sepakan bebas Hernani, tapi tak bisa hentikan dua gol itu. Absennya Adrien Rabiot dan Santiago Gimenez terasa, membuat lini tengah kurang solid.
Parma, di sisi lain, bersinar lewat mentalitas tim. Bernabe bukan hanya pencetak gol indah, tapi juga motor serangan yang menginspirasi rekan. Del Prato, yang diketahui penggemar Milan sejak kecil, ironisnya jadi pahlawan dengan sundulan krusial—momen yang akan dikenang lama. Britschgi layak dapat applaus dengan dua assist-nya, membuktikan betapa vitalnya peran bek dalam serangan balik. Patrick Cutrone agresif di depan, peluang emasnya digagalkan Pervis Estupinan di garis gawang, tapi semangatnya menular. Meski absen Nahuel Estevez, Pontus Almqvist, Gaetano Oristanio, dan Matija Frigan, skuad Parma tampil kompak, seperti tim yang lapar akan poin.
VAR juga punya peran: menolak penalti Parma setelah bola memantul ke tangan Samuele Ricci, keputusan yang membuat pelatih Carlos Cuesta mungkin menggelengkan kepala. Secara keseluruhan, performa ini menonjolkan bagaimana individu bisa mengubah alur, tapi tim yang solid lah yang bertahan.
Implikasi untuk Klasemen dan Musim Depan
Hasil imbang ini punya efek ganda. Bagi Milan, yang datang dengan momentum kemenangan tipis atas Roma, kehilangan dua poin terasa menyakitkan. Mereka sempat nyaman di puncak, tapi kini harus berbagi dengan rival lain. Namun, ironisnya, poin ini cukup membuat Milan mengambil alih capolista—posisi teratas klasemen sementara—setelah lawan-lawan tergelincir. Ini pengingat bagi Massimiliano Allegri: unggulan dua gol bukan akhir cerita, dan konsentrasi jadi kunci bertahan di papan atas musim panjang.
Parma, yang hanya kumpulkan dua poin dari lima laga terakhir plus kekalahan dari Roma dan Bologna, mendapat nafas segar. Imbang ini seperti kemenangan moral, dorong mereka naik dari zona bawah. Mental juang ini bisa jadi modal untuk laga-laga sulit ke depan, terutama dengan skuad yang terbatas. Secara liga, pertandingan ini menjaga persaingan ketat: tim papan atas tak boleh lengah, sementara yang di bawah punya kesempatan bangkit. Musim 2025/2026 masih panjang, tapi laga seperti ini yang bikin Serie A tetap menarik—penuh kejutan dan pelajaran.
Kesimpulan
Pertemuan Parma dan Milan malam itu adalah cerminan sepak bola murni: penuh gairah, kesalahan, dan kebangkitan. Skor 2-2 tak hanya membagi poin, tapi juga cerita tentang ketangguhan. Milan belajar jangan terlalu cepat puas, Parma buktikan semangat bisa atasi kekurangan. Di tengah jadwal padat, hasil ini jadi pengingat bahwa setiap pertandingan adalah babak baru. Penggemar boleh kecewa atau bangga, tapi yang pasti, sepak bola terus bergulir, siap dengan drama selanjutnya. Sampai jumpa di laga berikutnya, di mana siapa tahu keajaiban apa lagi yang menanti.