Barcelona Tuntut Real Madrid Dicabut Karena Paspor Palsu. Barcelona telah menghidupkan kembali rivalitas lama dengan tuntutan dramatis, yaitu pencabutan dua gelar juara yang diraih Real Madrid pada tahun 2015. Tuntutan berani ini bermula dari skandal paspor palsu yang melibatkan mantan pemain tengah Real Madrid, Marcus Slaughter, yang diduga menggunakan paspor Guinea Khatulistiwa palsu yang memungkinkannya bermain sebagai “pemain domestik” berdasarkan Perjanjian Cotonou, sehingga melanggar aturan daftar pemain yang krusial.
Kontroversi lama ini kembali mencuat setelah Interpol baru-baru ini menemukan lokasi Slaughter di Texas, yang dipicu oleh surat perintah penangkapan Spanyol yang dikeluarkan pada Oktober 2024. Slaughter dituduh menggunakan paspor palsu pada tahun 2015 selama menjabat di Real Madrid. Hal ini memungkinkannya untuk menghindari posisi pemain non-Uni Eropa di Liga ACB, keuntungan kompetitif mengingat tim-tim hanya diperbolehkan memiliki maksimal dua pemain non-Uni Eropa. BERITA LAINNYA
Akar skandal ini sendiri bermula pada tahun 2015 ketika Federasi Bola Basket Spanyol pertama kali melaporkan adanya kejanggalan. Terungkap bahwa Marcus Slaughter dan rekan senegaranya, Andy Panko, yang saat itu bermain untuk Fuenlabrada, terdaftar dengan nomor paspor yang sama yaitu A001696. Penyelidikan lebih lanjut telah mengungkapkan bahwa paspor Guinea Khatulistiwa milik Slaughter, yang diperoleh beberapa hari sebelum turnamen Copa del Rey tahun 2015, “palsu.”
Jaksa telah menyatakan secara resmi bahwa meskipun dokumen-dokumen tersebut pada awalnya masih mungkin untuk sah, halaman biografinya telah diganti secara seluruhnya. Selain itu, halaman 45 dan 46 dilaporkan hilang. Baik Slaughter maupun Panko dilaporkan telah mengakui membayar masing-masing 35.000 euro kepada Richard Nguema, mantan pemain muda Real Madrid yang memiliki kontak pemerintah di Guinea Khatulistiwa, untuk mendapatkan paspor-paspor seperti ini.
Perjanjian Cotonou ini sendiri adalah sebuah kemitraan antara Uni Eropa dan Kelompok Negara-negara Afrika, Karibia, dan Pasifik yang akan memungkinkan pemain dari negara-negara tertentu, seperti Guinea Khatulistiwa, untuk diperlakukan secara istimewa sebagai pemain domestik di liga-liga Eropa, sehingga tidak termasuk dalam pemain asing dan tindakan yang menyalahi aturan.
Perjanjian ini merupakan inti dari dugaan penipuan tersebut, karena memungkinkan Real Madrid untuk menurunkan pemain non Eropa, sementara berpotensi mendapatkan keuntungan yang tidak adil. FC Barcelona, yang bertindak sebagai pihak perdata dalam kasus ini, telah mengambil sikap agresif. Sementara jaksa penuntut Spanyol menuntut hukuman penjara 18 bulan bagi Slaughter jika ia terbukti bersalah, Barcelona telah mengajukan petisi untuk hukuman lima tahun yang lebih berat.
Yang terpenting, klub Catalan tersebut mengadvokasi pencabutan gelar Liga ACB dan Copa del Rey Real Madrid tahun 2015, yang keduanya diraih saat Slaughter masih bersama tim. Barcelona berargumen bahwa jika Slaughter bermain dengan paspor palsu, integritas dan keadilan kompetisi tersebut telah dikompromikan, sehingga kemenangan Real Madrid tidak sah. Meskipun surat perintah penangkapan internasional telah dicabut, Slaughter diwajibkan hadir di pengadilan Spanyol.
Sidang ini merupakan puncak dari proses hukum selama hampir sepuluh tahun, memiliki implikasi substansial. Jika Marcus Slaughter dinyatakan bersalah, hal itu tidak hanya akan memengaruhi warisannya saja, akan tetapi juga berdampak besar bagi koleksi trofi Real Madrid yang melimpah.
KESIMPULAN: Barcelona Tuntut Real Madrid Dicabut Karena Paspor Palsu
Real Madrid tidak disebutkan sebagai tergugat dalam kasus ini, karena baik penggugat maupun kejaksaan tidak mengklaim bahwa organisasi tersebut mengetahui dugaan pelanggaran tersebut. Meskipun demikian, hasil kasus ini dapat membentuk kembali sebuah babak dalam sejarah bola basket Spanyol dan mempertajam rivalitas yang sudah sengit antara dua klub paling ikoniknya.