
Kacaunya Timnas Guinea di Kualifikasi Piala Dunia 2026. Timnas Guinea, atau Syli National, baru saja meraih kemenangan berharga 2-1 atas Mozambique pada 9 Oktober 2025 di Estádio do Zimpeto, Maputo. Gol kembar dari remaja berbakat Abdoul Karim Traoré di menit ke-52 dan 59 membalikkan keadaan setelah tuan rumah unggul lebih dulu. Kemenangan ini seolah jadi titik terang di tengah kampanye kualifikasi Piala Dunia 2026 yang penuh gejolak. Namun, di balik euforia itu, posisi Guinea di Grup G tetap mentok di peringkat empat dengan 14 poin dari sembilan laga—jauh dari zona lolos. Dengan Algeria sudah mengunci tiket otomatis dan Uganda mengamankan posisi runner-up, Syli National secara matematis tersingkir dari babak ketiga. Performa inkonsisten, gelombang cedera, dan isu administratif membuat perjalanan mereka lebih mirip roller coaster daripada lomba lari menuju Amerika Utara 2026. Apa yang sebenarnya membuat tim ini kacau balau? BERITA TERKINI
Performa Inkonsisten yang Menghantui Syli National
Sepanjang kualifikasi, Guinea menunjukkan dua wajah yang bertolak belakang. Di satu sisi, mereka mampu menyulitkan raksasa seperti Algeria dengan hasil imbang 0-0 di Casablanca awal tahun ini, menunjukkan potensi pertahanan solid di bawah pelatih Paulo Duarte. Namun, di sisi lain, kekalahan telak 1-3 dari Uganda di kandang dan 0-1 dari Botswana menjelang jeda internasional membuat poin mereka bocor deras. Statistik setelah sembilan pertandingan: empat kemenangan, dua seri, tiga kekalahan, dengan selisih gol +3 yang tak cukup impresif. Kemenangan atas Mozambique memang krusial, tapi terlambat—mereka butuh poin dari laga sebelumnya untuk bersaing dengan Uganda yang kini punya 18 poin. Inkonsistensi ini bukan hal baru; Syli sering kali kesulitan menjaga momentum, terutama di laga tandang di mana faktor cuaca tropis dan tekanan tuan rumah kerap jadi momok. Traoré, debutan 18 tahun dari klub Prancis, jadi harapan segar dengan dua golnya yang presisi, tapi tim secara keseluruhan masih bergantung pada serangan balik daripada dominasi. Tanpa konsistensi, mimpi Piala Dunia tetap jadi angan-angan.
Gelombang Cedera yang Melemahkan Skuad Utama
Tak cukup dengan hasil lapangan yang naik-turun, Syli National dihantam badai cedera menjelang matchday kesembilan dan sepuluh. Dua pemain kunci absen: gelandang serang Amadou Diawara dari Lazio dan bek tengah Ibrahima Conté dari Al-Duhail, yang keduanya diragukan tampil karena masalah otot yang kronis. Cedera ini bukan kebetulan; sejak Juni 2025, setidaknya empat pemain inti terkapar, termasuk striker Serhou Guirassy yang sempat absen dua bulan karena cedera hamstring. Duarte terpaksa memutar skuad, memaksakan debutan seperti Traoré ke posisi depan, tapi kehilangan pengalaman di lini belakang membuat pertahanan rapuh—contohnya gol cepat Mozambique di laga terbaru. Faktor ini diperparah oleh jadwal padat klub Eropa, di mana banyak pemain Guinea berbasis di liga-liga kompetitif seperti Ligue 1 dan Serie A. Tanpa kedalaman skuad yang memadai, tim nasional kesulitan membangun ritme. Ini jadi pelajaran pahit: investasi di medis dan rotasi pemain harus jadi prioritas Federasi Sepak Bola Guinea agar tak terulang di turnamen mendatang.
Isu Administratif dan Tekanan Eksternal yang Menyulitkan: Kacaunya Timnas Guinea di Kualifikasi Piala Dunia 2026
Di luar lapangan, Syli National juga dirundung masalah administratif yang bikin suasana makin panas. Baru-baru ini, CAF mengonfirmasi eksklusi Guinea dari Piala Afrika 2025 karena sengketa kualifikasi—kesalahan administratif dalam pendaftaran pemain yang mirip kasus Equatorial Guinea di kualifikasi Piala Dunia. Meski tak langsung berdampak ke WC 2026, insiden ini merusak moral tim dan menimbulkan keraguan soal manajemen federasi. Tekanan dari suporter di Conakry juga tak main-main; demo kecil pasca-kekalahan dari Uganda menuntut perubahan pelatih, meski Duarte tetap dipertahankan. Eksternal lain seperti sanksi FIFA potensial atas dugaan pemalsuan dokumen pemain membuat tim was-was. Di Grup G yang kompetitif—with Algeria dominan dan Uganda tak kenal ampun—faktor non-teknis ini jadi beban berat. Namun, kemenangan atas Mozambique bisa jadi katalisator untuk membersihkan citra, asal federasi belajar dari kesalahan.
Kesimpulan: Kacaunya Timnas Guinea di Kualifikasi Piala Dunia 2026
Kampanye Syli National di kualifikasi Piala Dunia 2026 memang kacau: dari inkonsistensi lapangan, hantaman cedera, hingga drama administratif yang tak perlu. Dengan tersingkir di peringkat empat, Guinea kehilangan kesempatan emas untuk debut di Piala Dunia. Tapi, sinar harapan muncul lewat talenta muda seperti Traoré, yang membuktikan generasi baru siap bangkit. Bagi Duarte dan federasi, ini saatnya introspeksi—perbaiki skuad, benahi administrasi, dan bangun konsistensi untuk edisi berikutnya. Sepak bola Guinea punya potensi, tapi tanpa perubahan, “kacau” bisa jadi cerita abadi. Syli National harus bangkit, atau mimpi global tetap tertunda.