
Nasib Ruben Amorim Sudah Sangat Berbahaya di MU. Di tengah hiruk-pikuk musim 2025/2026 Premier League, posisi Ruben Amorim sebagai pelatih Manchester United semakin goyah. Hanya beberapa bulan sejak diangkat menggantikan Erik ten Hag pada akhir 2024, pria asal Portugal ini kini menghadapi badai kritik pedas. Dengan hanya 34 poin dari 33 laga, Setan Merah terpuruk di papan tengah klasemen, jauh dari harapan fans yang haus gelar. Kekalahan beruntun dan permainan yang monoton membuat nasib Amorim terlihat sangat berbahaya. Apakah ini akhir dari era singkatnya di Old Trafford, atau masih ada peluang pembalikan? Mari kita bedah situasi ini secara mendalam. BERITA TERKINI
Performa Tim yang Mengkhawatirkan: Nasib Ruben Amorim Sudah Sangat Berbahaya di MU
Performa Manchester United di bawah Amorim memang jadi sorotan utama. Sejak debutnya, tim ini kesulitan menerapkan gaya 3-4-3 khasnya yang sukses di Sporting CP. Di Premier League, Setan Merah hanya meraih enam kemenangan dari 15 pertandingan terakhir, dengan rata-rata gol yang menyedihkan: kurang dari satu per laga. Pemain kunci seperti Bruno Fernandes dan Marcus Rashford tampak kehilangan percaya diri, sementara lini belakang bolong-bolong karena cedera dan rotasi yang kurang tepat. Amorim sendiri mengakui bahwa hasil buruk ini membuatnya “naif” jika berpikir bisa bertahan lama tanpa perubahan.
Bukan hanya statistik, tapi juga pola permainan yang bermasalah. United sering kali dominan di penguasaan bola tapi gagal mencetak peluang nyata, dengan tingkat konversi tembakan hanya 8 persen—terburuk di liga. Lawan-lawan seperti Arsenal dan Manchester City sudah memanfaatkan kelemahan ini, meninggalkan Amorim dengan pertanyaan besar: apakah skuad saat ini siap dengan visinya? Fans di media sosial ramai mengeluh, menyebut era Amorim sebagai “musim tanpa jiwa”, yang semakin menekan pelatih berusia 40 tahun ini.
Tekanan Internal dan Eksternal yang Menumpuk
Tekanan tak hanya datang dari luar lapangan. Di internal klub, Amorim harus berhadapan dengan ekspektasi tinggi dari pemilik INEOS dan Sir Jim Ratcliffe, yang menggelontorkan dana besar untuk transfer musim panas. Namun, investasi di pemain seperti Joshua Zirkzee dan Matthijs de Ligt belum membuahkan hasil, malah menambah beban finansial dengan FFP yang ketat. Laporan internal menunjukkan adanya ketidakpuasan di ruang ganti, di mana beberapa pemain senior merasa sistem Amorim terlalu kaku dan kurang fleksibel untuk gaya Premier League yang cepat.
Eksternal, media Inggris tak kenal ampun. Headline-hari demi hari memprediksi pemecatan, terutama jelang laga krusial melawan Sunderland pada akhir pekan ini. Amorim sempat membela diri di konferensi pers, menekankan bahwa pemain jangan terpengaruh narasi media yang menyalahkan sistemnya sebagai akar masalah. Tapi, tekanan ini nyata: survei fans menunjukkan 62 persen mendukung pergantian pelatih jika kalah lagi. Bahkan, nama-nama seperti Roy Keane atau legenda lain disebut-sebut sebagai opsi interim, menandakan betapa rapuhnya posisi Amorim saat ini.
Opsi dan Prospek ke Depan Amorim: Nasib Ruben Amorim Sudah Sangat Berbahaya di MU
Meski nasibnya terancam, Amorim punya opsi untuk bertahan. Klub menyatakan keinginan kuat untuk mendukungnya, dengan rencana restrukturisasi skuad di Januari mendatang—mungkin mendatangkan bek tengah baru dan gelandang kreatif yang cocok dengan taktiknya. Amorim sendiri tegas: dia tak akan mundur sukarela, tapi siap hadapi konsekuensi jika hasil tak kunjung membaik. Prospek jangka panjang? Jika United lolos dari zona degradasi dan capai perempat final Eropa, ini bisa jadi titik balik. Tapi, realitas klub menunjukkan masalah lebih dalam: dari manajemen hingga kultur, Amorim bukan satu-satunya biang kerok.
Di sisi lain, jika dipecat, Amorim tak kekurangan tawaran. Klub-klub Eropa seperti AC Milan atau tim di Bundesliga sudah mengintip, mengingat rekam jejaknya yang brilian di Portugal. Namun, kegagalan di MU bisa merusak reputasinya sebagai “pelatih masa depan”, membuatnya harus bangkit dari nol lagi.
Kesimpulan
Nasib Ruben Amorim di Manchester United memang sudah sangat berbahaya, tapi sepak bola penuh kejutan. Dengan tekanan menumpuk dan performa yang lesu, pelatih ini berdiri di persimpangan: bangkit atau jatuh. Klub punya tanggung jawab untuk perbaiki fondasi, sementara Amorim harus adaptasi cepat. Bagi fans Setan Merah, ini ujian kesabaran—apakah era baru ini akan cerah, atau kembali ke siklus kegagalan? Yang pasti, laga kontra Sunderland nanti bisa jadi penentu. Tetap pantau, karena di Old Trafford, segalanya bisa berubah dalam semalam.