Rivalitas Antara MU Dengan Leeds. Dalam dunia sepak bola Inggris, sedikit rivalitas yang mampu menandingi intensitas persaingan antara Manchester United dan Leeds United. Dijuluki “Roses Derby” karena keterkaitan historis dengan Wars of the Roses antara Lancashire (Manchester United) dan Yorkshire (Leeds United), pertemuan kedua tim ini selalu menyajikan drama, emosi, dan gengsi yang tinggi. Rivalitas ini bukan hanya soal tiga poin di lapangan, tetapi juga tentang kebanggaan regional, sejarah panjang, dan transfer kontroversial yang mempertebal permusuhan. Pada musim pramusim 2025/2026, kedua tim kembali bertemu dalam laga persahabatan di Strawberry Arena, Stockholm, yang menjadi sorotan karena mengobarkan kembali api persaingan klasik ini. Artikel ini akan mengupas perkembangan terkini rivalitas ini, sejarahnya, dan dampaknya bagi kedua klub.
Sejarah Rivalitas: Akar Permusuhan yang Mendalam
Rivalitas antara Manchester United dan Leeds United berakar dari persaingan historis antara dua wilayah, Lancashire dan Yorkshire, yang telah ada sejak abad ke-15. Di lapangan hijau, persaingan ini mulai memanas pada era 1960-an dan 1970-an, ketika kedua klub bersaing ketat di Divisi Pertama Inggris. Leeds United, di bawah asuhan Don Revie, menjadi kekuatan dominan dengan gaya permainan fisik dan terorganisir, sementara Manchester United, yang dipimpin oleh Sir Matt Busby, menjelma sebagai raksasa dengan pemain-pemain seperti George Best dan Bobby Charlton. Pertandingan antara kedua tim sering kali diwarnai tensi tinggi, baik di lapangan maupun di tribun penonton, dengan hooliganisme yang memperparah rivalitas ini pada masa itu.
Salah satu momen yang mempertebal permusuhan adalah transfer kontroversial Eric Cantona dari Leeds ke Manchester United pada 1992. Cantona, yang menjadi kunci keberhasilan Leeds menjuarai liga pada musim 1991/1992, pindah ke rival bebuyutan dan membantu Manchester United mendominasi Liga Inggris di era Premier League. Kepindahan ini dianggap sebagai pengkhianatan oleh pendukung Leeds, dan hingga kini, nama Cantona tetap menjadi topik sensitif di kalangan suporter The Whites. Transfer Rio Ferdinand pada 2002 dari Leeds ke Manchester United juga menambah bahan bakar pada api rivalitas, dengan pendukung Leeds melabeli Ferdinand sebagai “pengkhianat”.
Perkembangan Terkini: Laga Pramusim 2025/2026: Rivalitas Antara MU Dengan Leeds
Pada laga pramusim di Strawberry Arena, Stockholm, Manchester United dan Leeds United kembali mempertontonkan intensitas rivalitas mereka. Meskipun hanya pertandingan persahabatan, kedua tim menurunkan skuad terbaik mereka untuk menunjukkan supremasi. Manchester United, yang kini diperkuat oleh pemain seperti Matheus Cunha, tampil dominan dengan kemenangan 3-1 atas Leeds United. Pertandingan ini juga menarik perhatian karena absennya beberapa pemain kunci Manchester United seperti Marcus Rashford, Jadon Sancho, dan Alejandro Garnacho dari skuad, memicu spekulasi tentang potensi transfer mereka ke klub lain. Sementara itu, Leeds United, yang baru saja kembali ke Premier League setelah beberapa musim di divisi Championship, menunjukkan semangat juang tinggi meski kalah.
Pertandingan ini bukan hanya soal hasil, tetapi juga tentang kebanggaan. Pendukung kedua kubu memenuhi media sosial dengan candaan dan dukungan vokal, mengingatkan semua orang bahwa rivalitas ini tetap hidup meski Leeds sempat absen dari kasta tertinggi. Laga ini juga menjadi ajang bagi pelatih Manchester United untuk menguji taktik baru menjelang musim 2025/2026, sementara Leeds berusaha membuktikan bahwa mereka mampu bersaing dengan raksasa seperti United.
Dampak Rivalitas bagi Kedua Klub: Rivalitas Antara MU Dengan Leeds
Rivalitas ini tidak hanya memengaruhi suasana di lapangan, tetapi juga dinamika di luar lapangan. Bagi Manchester United, kemenangan atas Leeds selalu menjadi pernyataan dominasi, terutama setelah era Sir Alex Ferguson yang menjadikan klub ini sebagai raja sepak bola Inggris. Namun, performa inkonsisten United dalam beberapa musim terakhir membuat laga melawan Leeds menjadi ujian penting untuk membuktikan bahwa mereka masih layak disebut sebagai raksasa. Di sisi lain, Leeds United, yang kini berusaha membangun kembali kejayaan mereka, melihat setiap pertemuan dengan Manchester United sebagai kesempatan untuk menunjukkan bahwa mereka bukan lagi underdog.
Transfer pemain juga terus menjadi isu panas. Rumor tentang minat Juventus terhadap Jadon Sancho dan Marcus Rashford dari Manchester United menambah spekulasi bahwa kedua pemain ini mungkin tidak lagi menjadi bagian dari skuad Setan Merah di masa depan. Sementara itu, Leeds terus berupaya memperkuat skuad mereka dengan pemain muda berbakat untuk menantang klub-klub besar seperti United.
Kesimpulan: Rivalitas Antara MU Dengan Leeds
Rivalitas antara Manchester United dan Leeds United adalah salah satu cerita paling menarik dalam sepak bola Inggris. Dengan akar sejarah yang kuat, transfer kontroversial, dan pertemuan penuh gengsi, persaingan ini terus menghidupkan semangat kompetisi di antara kedua klub dan pendukungnya. Laga pramusim di Stockholm menjadi pengingat bahwa, meskipun zaman telah berubah, api “Roses Derby” tetap menyala. Dengan musim baru yang semakin dekat, penggemar sepak bola di seluruh dunia menantikan babak baru dari rivalitas klasik ini, yang pasti akan terus menyajikan drama dan emosi di lapangan hijau.