Man United Dikomentari Terlalu Cepat Melepas Carreras. Dalam dunia sepak bola yang penuh kejutan, keputusan klub besar sering kali menjadi bahan perdebatan panjang. Baru-baru ini, nama Alvaro Carreras kembali mencuri perhatian setelah ia resmi bergabung dengan Real Madrid pada awal November 2025. Pemain bek kiri berusia 22 tahun asal Spanyol ini pernah menjadi bagian dari akademi Manchester United, tapi dilepas dengan harga murah pada 2024. Kini, setelah menunjukkan kilauan di Benfica, langkahnya ke Santiago Bernabeu memicu gelombang komentar tajam: apakah Setan Merah terlalu tergesa-gesa melepaskan talenta muda yang berpotensi besar? Banyak pengamat sepak bola menilai bahwa United kehilangan kesempatan emas untuk membangun skuad masa depan, terutama di posisi bek kiri yang kerap menjadi sorotan di Old Trafford. BERITA BOLA
Perjalanan Karier Carreras yang Penuh Tantangan: Man United Dikomentari Terlalu Cepat Melepas Carreras
Alvaro Carreras memulai petualangannya di Manchester United pada 2020, saat masih remaja berbakat dari akademi Real Madrid. Ia tiba di Carrington dengan harapan tinggi, tapi realitas tim utama tidak memberinya ruang untuk bersinar. Selama tiga musim, Carreras lebih banyak menghabiskan waktu di tim cadangan, berlatih di bawah tekanan tinggi tapi jarang mendapat kesempatan di lapangan utama. Pelatih saat itu, termasuk Erik ten Hag, tampaknya lebih memprioritaskan opsi senior untuk mengatasi krisis cedera di lini belakang.
Puncak frustrasinya datang pada 2023, ketika ia dipinjamkan ke Preston North End di kasta kedua Inggris. Di sana, Carreras mulai menampakkan potensinya. Dengan gaya bermain yang agresif, akurat dalam umpan silang, dan kemampuan bertahan yang solid, ia menjadi andalan Preston meski timnya berjuang di papan tengah. Statistiknya mencolok: rata-rata 2,5 tekel per laga dan kontribusi assist yang membuatnya disebut sebagai “bek serang masa depan”. Namun, saat kembali ke United, peluangnya tetap minim. Pinjaman itu seolah menjadi sinyal bahwa klub lebih memilih stabilitas jangka pendek daripada investasi jangka panjang.
Keputusan akhir datang pada musim panas 2024. United menjualnya ke Benfica seharga enam juta euro, sebuah angka yang terbilang rendah untuk pemain dengan profil seperti Carreras. Kesepakatan itu termasuk klausul buy-back senilai 17 juta euro, tapi klub memilih untuk tidak mengaktifkannya. Di Lisbon, Carreras meledak. Ia menjadi starter reguler, mencetak gol pertamanya di kompetisi Eropa, dan membantu Benfica finis di posisi tiga Liga Portugal. Performa itu tak luput dari mata mantan klubnya, Real Madrid, yang merekrutnya secara permanen pada November 2025 tanpa biaya transfer besar—hanya memanfaatkan kontrak yang akan habis.
Keputusan Melepas yang Dianggap Prematur: Man United Dikomentari Terlalu Cepat Melepas Carreras
Banyak yang mempertanyakan mengapa United begitu cepat melepaskan Carreras. Di posisi bek kiri, Setan Merah memang punya masalah kronis: cedera berulang, inkonsistensi, dan kurangnya kedalaman skuad. Saat Carreras dijual, United masih bergantung pada kombinasi bek tengah darurat dan pemain pinjaman. Pengamat sepak bola menilai bahwa ten Hag, yang dikenal dengan pendekatan taktis ketat, gagal melihat potensi Carreras sebagai solusi jangka panjang. “Ia punya kecepatan dan visi yang langka untuk usianya,” kata salah satu analis terkemuka, menyoroti bagaimana Carreras bisa menjadi penerus ideal di era pasca-Ferdinand.
Faktor finansial juga ikut bermain. United saat itu berada di bawah tekanan Financial Fair Play, memaksa mereka menjual aset muda untuk menyeimbangkan buku. Tapi, enam juta euro untuk Carreras terasa seperti tawar-menawar yang merugikan. Klub hanya mempertahankan 20 persen hak jual lanjut, yang berarti potensi keuntungan masa depan terbatas. Bandingkan dengan kasus serupa di klub lain, di mana talenta muda seperti Jude Bellingham atau Pedri dipertahankan dan kini menjadi bintang. United, sebaliknya, tampak terjebak dalam siklus jual-beli reaktif, di mana prioritas transfer lebih condong ke nama besar daripada pengembangan internal.
Lebih lanjut, keputusan ini mencerminkan pola yang lebih luas di Manchester United pasca-era Sir Alex Ferguson. Sejak 2013, klub telah kehilangan puluhan talenta akademi yang kemudian sukses di tempat lain. Carreras hanyalah contoh terbaru, tapi yang paling menyakitkan karena timing-nya: tepat saat Real Madrid, rival abadi, merebutnya kembali. Ini bukan hanya soal satu pemain, tapi tentang visi klub yang dianggap kurang koheren.
Reaksi Pengamat dan Penggemar yang Beragam
Gelombang reaksi tak terhindarkan. Di kalangan pengamat, suara kritis mendominasi. Beberapa mantan pemain United bahkan secara terbuka menyatakan penyesalan, menyebut pelepasan Carreras sebagai “kesalahan strategis yang bisa dihindari”. Mereka menekankan bahwa di usia 22, Carreras sudah punya pengalaman lintas liga—dari Championship hingga Primeira Liga—yang membuatnya siap bersaing di level tertinggi. Sementara itu, di media sosial, penggemar United terbelah. Sebagian membela keputusan klub, mengatakan bahwa dengan skuad penuh bintang, ruang untuk pemuda terbatas. “Lebih baik jual mahal daripada biarkan menganggur,” tulis salah satu suporter vokal.
Namun, mayoritas fans tampak kecewa. Forum-forum penggemar dipenuhi diskusi panas, dengan meme dan analisis video yang membandingkan performa Carreras di Benfica dengan bek kiri United saat ini. “Kita butuh darah segar, bukan impor mahal yang cedera terus,” keluh seorang fans berpengalaman. Reaksi ini semakin memanas setelah debut Carreras di Real Madrid, di mana ia langsung tampil impresif melawan tim kuat La Liga. Ini seperti tamparan halus bagi United, yang kini berjuang di papan tengah Premier League dengan lini belakang yang rapuh.
Di sisi lain, ada nada optimis dari kalangan internal klub. Beberapa sumber dekat manajemen mengklaim bahwa fokus United kini pada rekrutan baru yang lebih matang, dan Carreras mungkin tidak cocok dengan gaya permainan intens ten Hag. Tapi argumen itu sulit diterima, mengingat sukses Carreras di sistem serupa di Benfica.
Kesimpulan
Kisah Alvaro Carreras menjadi pengingat pahit bagi Manchester United bahwa di sepak bola modern, talenta muda adalah aset paling berharga. Melepaskannya terlalu cepat bukan hanya soal satu transfer gagal, tapi cerminan dari tantangan struktural yang lebih dalam: keseimbangan antara ambisi jangka pendek dan pembangunan berkelanjutan. Saat Carreras kini berlatih di bawah bayang-bayang ikon seperti Carvajal di Real Madrid, United punya pelajaran berharga untuk direfleksikan. Apakah ini akan mendorong perubahan? Hanya waktu yang akan menjawab. Yang jelas, di tengah hiruk-pikuk transfer musim dingin mendatang, nama Carreras akan terus bergaung sebagai “yang terlewatkan”—sebuah narasi yang familiar tapi selalu menyakitkan bagi para pendukung Setan Merah.